Sosis atau sausage berasal dari bahasa Latin
yaitu salsus yang berarti menggiling dengan garam. Sesuai dengan
namanya, sosis merupakan produk olahan daging yang digiling. Pada zaman dahulu,
sosis dibuat dengan cara sederhana yaitu daging digiling, dihaluskan, dicampur
bumbu kemudian diaduk dengan lemak hingga tercampur rata dan dimasukkan ke
dalam selongsong. Selongsong yang dipakai pun masih alami yaitu usus hewan
seperti usus sapi atau kambing.
Berdasarkan proses pengolahannya, sosis secara umum
dibagi menjadi 5 yaitu:
- Sosis segar, yaitu jenis sosis yang dibuat dari daging segar yang tidak dimasak dan tidak dikyuring, contoh polish sausage
- Sosis yang diasap dan dimasak, yaitu sosis yang mempunyai karakteristik sama dengan sosis segar, namun sosis ini diselesaikan dengan pengasapan untuk memberikan flavor dan warna yang berbeda, serta harus dimasak dahulu sebelum dikonsumsi, contoh frankfuter, bologna, knackwurst
- Sosis masak, yaitu sosis yang dipersiapkan dari satu atau lebih macam-macam daging unggas, contoh beer salami, liver sausage
- Sosis fermentasi, yaitu sosis yang diproduksi melalui proses fermentasi dengan persiapan paling rumit diantara semua jenis sosis, contoh summer sausage, cervelat, dry salami, pepperoni
- Sosis daging spesial, yaitu sosis yang dibuat dari daging cacah yang biasanya dimasak atau cenderung dibakar daripada diasap, contoh meat loaves.
Selain kelima macam sosis di atas, sosis juga dapat
dibedakan menjadi menjadi 3, yaitu:
- Sosis mentah (rohwurst), dibuat dari daging sapi mentah yang digiling (tanpa proses pemasakan), kemudian ditambahkan kultur bakteri lactobacillus sehingga terjadi proses fermentasi
- Sosis matang (brunchwurst), dibuat dari daging mentah digiling, diolah, lalu dimasak. Sosis jenis Brunchwurst merupakan jenis sosis yang paling banyak beredar di Indonesia
- Sosis masak (kochwurst), biasanya dibuat dari daging tetelan atau hati yang direbus, diolah, dan dimasak lagi.
Menurut Standar Nasional Indonesia
(SNI 01-3820-1995), sosis yang baik harus mengandung protein minimal 13%, lemak
maksimal 25% dan karbohidrat maksimal 8%. Jika standar ini terpenuhi, maka dapat
dikatakan bahwa sosis merupakan makanan sumber protein. Hanya saja, karena
kadar lemak dan kolesterol sosis yang cukup tinggi, sosis sebaiknya tidak
dijadikan menu rutin bagi anak-anak guna mencegah masalah obesitas dan
penyakit-penyakit yang mengikutinya dikemudian hari.
Sosis fermentasi merupakan produk
sosis yang berasal dari hasil kerja bakteri pembentuk asam laktat, baik yang
terdapat dalam daging secara alami, maupun bakteri starter yang ditambahkan.
Sosis fermentasi dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu sosis kering (dry
sausage) dan sosis semi kering (semi dry sausage). Kultur starter
yang digunakan pada pembuatan sosis semi kering adalah Pediococcus
acidilactici, sedangkan pada sosis kering adalah Lactobacillus atau Pediococcus
atau campuran Micrococcus dan Lactobacillus.
Salami merupakan salah satu contoh
sosis fermentasi (dry sausage) yang mempunyai karakteristik khusus
dengan melibatkan bakteri asam laktat, dengan waktu fermentasi selama 3 bulan,
biasanya dikemas dengan diameter yang agak besar dan bentuk adonannya kasar,
serta mempunyai flavor tertentu. Salami adalah sosis tradisional ala Italia.
Salami biasanya terbuat dari daging cincang, lemak hewan, ternak dan rempah,
serta bahan-bahan lain yang ditambahkan bakteri asam laktat dan melalui proses
pengasapan. Jenis salami
yang terdapat di pasar antara lain, Lola, B. C. Salami, milano, dan lain-lain.
yang terdapat di pasar antara lain, Lola, B. C. Salami, milano, dan lain-lain.
Proses Pembuatan Sosis Fermentasi
Bahan utama yang digunakan pada
pembuatan sosis fermentasi yaitu daging. Selain itu, terdapat bahan-bahan
khusus yang ditambahkan antara lain garam, nitrit, gula, rempah-rempah (merica,
bawang putih, lada), dan starter. Pada pembuatan sosis fermentasi digunakan casing
atau selongsong yang berfungsi sebagai cetakan.
1. Daging
Daging merupakan sumber protein
berkualitas tinggi, mengandung vitamin B dan mineral, khususnya besi. Secara
umum dapat dikatakan bahwa daging terdiri dari air dan bahan- bahan padat.
Bahan padat daging terdiri dari bahan – bahan yang mengandung nitrogen, mineral,
garam dan abu. Kurang lebih 20% dari semua bahan padat dalam daging adalah
protein. Bagian potongan daging yang dapat digunakan sebagai bahan baku sosis
adalah potongan daging seperti beef short ribs, chuck, dan round pork
shoulder. Karakteristik daging yang digunakan adalah yang memiliki daya
mengikat air.
2. Garam
Garam yang digunakan dalam pembuatan
produk sosis adalah jenis garam dapur (NaCl), garam tidak hanya berfungsi
sebagai pembentuk flavor, namun juga berpengaruh dalam pembentukan karakteristik
fisik dan adonan. Garam mempunyai peran yang cukup menentukan yaitu memberikan
kelezatan produk, mempertahankan flavor dari bahan-bahan yang digunakan, serta
berfungsi sebagai pengikat adonan sehingga mengurangi kelengketan. Selain itu,
garam juga dapat membantu mencegah berkembangnya mikroba yang ada dalam adonan.
Komposisi garam dalam sosis berkisar 1-3%.
3. Nitrit
Nitrat merupakan sumber nitrit.
Nitrat akan diubah menjadi nitrit kemudian diubah menjadi NO melalui reduksi.
Reduksi terjaid karena adanya aktivitas mikrobia. Fungsi dari nitrit adalah
menstabilkan warna dari jaringan untuk mengkontribusi karakter dari daging
curing untuk menghambat pertumbuhan dari racun makanan dan mikroorganisme
pembusuk, menghambat ketengikan, memberi flavor spesifik, efektif mencengah
pertumbuhan Clostridium botulinum. Jumlah nitrat/nitrit maksimal 200 ppm pada
produk akhir.
4. Gula
Penambahan gula terutama sukrosa dan
glukosa selain sebagai substrat fermentasi untuk pertumbuhan bakteri asam
laktat, juga berperan dalam pembentukan cita rasa dan tekstur sosis fermentasi.
Gula sebagai bahan pengawet berfungsi sebagai nutrisi untuk pertumbuhan bakteri
asam laktat yang akan memulai proses fermentasi. Gula yang ditambahkan akan
difermentasi menjadi asam laktat oleh bakteri asam laktat dan menghasilkan
flavor yang tajam. Gula yang ditambahkan secara tepat dapat mengaktifkan proses
fermentasi dan mempercepat penurunan pH.
5. Rempah-Rempah
Biji merica digunakan sebagai bumbu
pemberi rasa dan aroma, karena rempah-rempah dapat menyamarkan makanan dengan
penutup rasa makanan yang kurang enak. Selain itu juga berfungsi sebagai
pengawet. Bawang putih merupakan bumbu yang sangat khas dalam pembuatan sosis
fermentasi. Bawang putih mengandung antioksidan yang kuat dan dapat
memperpanjang daya tahan sosis. Bawang putih dapat dipakai sebagai pengawet
karena bersifat bakteriostatik. Lada biasanya digunakan pada semua tipe sosis
fermentasi sebanyak 0,2-0,3% dan berfungsi untuk menghambat pertumbuhan Listeria
monocytogenes.
6. Kultur
Starter
Mikroorganisme yang digunakan
sebagai kultur starter pada umumnya dibagi menjadi dua grup, yaitu kelompok
bakteri asam laktat, peran utamanya adalah bertanggung jawab terhadap proses
asidifikasi dan kelompok mikroorganisme pembentuk flavor sering mampu mereduksi
nitrat. Kelompok pertama terdiri atas Lactobacillus dan Pediococcus,
yang kedua adalah kelompok Microccaceae, kapang.
Bakteri asam laktat yang digunakan
sebagai kultur starter harus dapat memenuhi kriteria yaitu: 1) mampu bersaing
dengan mikroorganisme lain, 2) memproduksi asam laktat secara cepat, 3) mampu
tumbuh pada konsentrasi garam kurang dari 6%, 4) mampu bereaksi dengan
dengan konsentrasi kurang dari 100 mg/kg, 5) mampu tumbuh pada suhu
antara 15-40˚C, 6) termasuk bakteri homofermentatif, 7) tidak menghasilkan
peroksida dalam jumlah besar, 8) dapat mereduksi nitrit dan nitrat, 9) dapat
meningkatkan flavour produk akhir, 10) tidak memproduksi senyawa asam
amino, 11) dapat membunuh bakteri pembusuk dan patogen, dan 12) bersifat
sinergis dengan senyawa starter lain.
Starter bakteri asam laktat yang
banyak digunakan biasanya dari golongan Lactobacillus. Penggunaan kultur
starter dalam pembuatan sosis fermentasi dilakukan untuk meningkatkan mutu
produk produk dengan meningkatakan keamanan produk, memperpanjang umur simpan,
dan menghasilkan produk yang konsisten.
Lactobacillus plantarum merupakan bakteri
berbentuk batang, umumnya berukuran 0,7-1,0 sampai 3,0-8,0 mikron, tunggal
atau dalam rantai-rantai pendek, dengan ujung yang melingkar. Organisme ini
cenderung berbentuk batang pendek dalam kondisi pertumbuhan yang sesuai
dan akan cenderung lebih panjang di bawah kondisi yang tidak menguntungkan.
Bakteri ini termasuk homofermentatif dengan suhu minimum 10°C,
maksimum 40°C dan optimum 30°C. Lactobacillus plantarum mampu memproduksi H2O2
dalam jumlah yang tinggi dan berfungsi sebagai antibakteri yang dapat
menyebabkan adanya daya hambat terhadap pertumbuhan mikroorganisme lain.
7. Selongsong
Selongsong adalah bahan pengemas
sosis yang umumnya berbentuk silindris. Selongsong sosis dapat berfungsi
sebagai cetakan selama pengolahan, pembungkus selama penanganan dan
pengangkutan serta sebagai media display selama diperdagangkan. Penggunaan casing
dalam pembuatan sosis bertujuan untuk membentuk dan menjaga stabilitas sosis
serta melindungi dari kerusakan kimia seperti oksidasi, mikroba, atau kerusakan
fisik seperti ketengikan.
Terdapat 5 jenis casing yang
sering digunakan dalam pembuatan sosis yaitu alami, kolagen, selulosa, plastic,
serta logam. Casing alami biasanya terbuat dari usus alami hewan, casing
ini mempunyai keuntungan dapat dimakan, bergizi tinggi dan melekat pada
produk, sedangkan kerugian dari casing ini adalah produk ini tidak awet.
Casing kolagen biasanya berbahan baku dari kulit hewan besar, keuntungan
dari jenis casing ini dapat diwarnai, bisa dimakan, dan melekat pada produk. Casing
selulosa biasanya berbahan baku pulp. Keuntungan dari casing selulosa
adalah dapat dicetak atau diwarnai dan murah. Kekurangan dari casing ini
adalah sangat keras dan dianjurkan untuk tidak dimakan.
Proses pembuatan sosis fermentasi
meliputi tahapan persiapan, chilling/ freezing, pemberian bumbu
dan pencampuran, filling/ pengisian, fermentasi, pengasapan aging/
drying, dan penyimpanan.
1. Persiapan
Pada tahap ini, dilakukan pemilihan daging yang baik
kemudian dipotong-potong menjadi bagian yang lebih kecil. Daging tersebut
kemudian dicincang menjadi daging yang lebih halus. Dalam tahap ini harus
dilakukan proses penanganan yang tepat agar daging tidak mengalami kontaminasi
silang.
2. Chilling/ Freezing
Pertumbuhan mikroorganisme dalam
pangan dapat dicegah dengan cara penurunan suhu. Terdapat dua macam pengawetan
dengan suhu rendah, yaitu pendinginan cara chilling dan deep-feezing (pembekuan
pada suhu sangat rendah).
Pada pendinginan cara chilling,
pangan ditempatkan pada suhu diatas titik beku air (diatas 0°C). Suhu di dalam
alat pendingin rumah tangga adalah dalam kisaran 0-5°C. Pertumbuhan hampir
semua mikroorganisme diperlambat dan beberapa diantaranya dapat mengalami
kematian. Namun beberapa mikroorganisme tetap tumbuh lambat pada suhu tersebut
dan spora bakteri tetap bertahan hidup.
Pada deep-freezing, pangan
disimpan pada suhu -18°C atau lebih rendah lagi. Freezing tidak dapat
mensterilkan makanan atau membunuh mikroorganisme pembusuk yang menyebabkan
bahan atau produk rusak, melainkan hanya mampu menginaktifkan kerja dari enzim
bakteri pembusuk, sehingga dapat memperlambat kerja dari mikroba pembusuk
tersebut.
3. Pemberian
Bumbu dan Pencampuran
Bumbu-bumbu yang digunakan dalam
pembuatan sosis adalah lada, pala ,bawang putih, gula dan garam. Jumlah dan
variasi bumbu yang digunakan tergantung selera, daerah dan aroma yang
dikehendaki. Setelah daging dicincang halus, bumbu-bumbu ditambahkan pada
adonan daging cincang kemudian dicampur hingga merata. Sluri dibuat dari
bumbu-bumbu dan garam menggunakan dua gelas air lalu dicampur merata.
Penambahan air bertujuan untuk memecah curing agents, memfasilitasi proses
pencampuran dan memberikan karakteristik tekstur dan rasa pada produk sosis.
4. Filling/ Pengisian
Stuffing merupakan tahap pengisian adonan
sosis ke dalam selongsong. Pengisisan adonan sosis ke dalam selongsong tergantung
tipe sosis, ukuran kemudahan proses, penyimpanan serta permintaan konsumen.
Pemasukan adonan sosis ke dalam casing menggunakan alat khusus (disebut stuffer)
yang bertujuan membentuk dan mempertahankan kestabilan sosis.
5. Fermentasi
Tahapan ini merupakan tahap
peningkatan suhu sosis yang memungkinkan bakteri alami tumbuh dan bereaksi
dengan daging. Fermentasi merupakan tahapan penting pada proses pembuatan sosis
dan suhu yang tepat juga memainkan peran yang penting. Semakin tinggi suhu,
maka semakin tinggi kecepatan pertumbuhan bakteri. Suhu pertumbuhan yang
terbaik adalah suhu tubuh kita (36,6°C).
6. Pengasapan
Pengasapan dilakukan pada suhu 70°C
selama 30 menit, asap diusahakan menempel dan masuk ke dalam casing sehingga
sosis berflavor asap. Pengasapan adalah suau cara pengawetan bahan makanan
terutama pada daging dan ikan. Pengasapan dapat memberikan cita rasa khas,
mengawetkan, dan memberikan warna yang khas.
7. Aging/ Drying
Pengeringan merupakan suatu metode
untuk mengurangi/ mengeluarkan sebagian air dari sosis dengan cara menguapkan
air tersebut dengan menggunakan energi panas. Biasanya kandungan air sosis
dikurangi sampai batas agar mikroba tidak dapat tumbuh didalamnya. Kadar air
berpengaruh terhadap tekstur sosis. Pengeringan dapat menurunkan kandungan air
dan menyebabkan pemekatan dari bahan-bahan yang ditinggal seperti karbohidrat,
lemak, protein sehingga bahan pangan memiliki kualitas simpan yang lebih baik.
8. Penyimpanan
Faktor yang mempengaruhi stabilitas
penyimpanan dalam pangan meliputi jenis dan bahan baku yang digunakan, metode
dan keefektifan pengolahan, jenis dan keadaan kemasan, perlakuan mekanis yang
cukup berat dalam produk yang dikemas dala penyimpanan, dan distribusi dan juga
pengaruh yang ditimbulkan oleh suhu dan kelembaban penyimpanan.
Mekanisme Reaksi Selama Proses
Pembuatan Sosis Fermentasi
Dalam sosis fermentasi terdapat kandungan makromolekul
seperti karbohidrat, protein, lemak dan fosfolipid. Karbohidrat akan mengalami
metabolisme oleh mikroba sehingga dipecah menjadi asam-asam organik. Enzim yang
terdapat pada daging akan memecah protein menjadi molekul yang lebih kecil,
yaitu peptida dan asam amino pada reaksi proteolisis. Sedangkan enzim lain yang
juga terdapat pada daging akan memecah lemak dan fosfolipid menjadi asam lemak
bebas pada reaksi hipolisis.
Asam-asam organik hasil pemecahan karbohidrat akan
mempengaruhi rasa (taste) dari sosis. Asam lemak bebas yang berasal dari
reaksi hipolisis (pemecahan lemak dan fosfolipid) akan mempengaruhi aroma (flavor)
sosis. Sedangkan peptida dan asam amino hasil pemecahan protein akan
mempengaruhi rasa dan aroma sosis.
Pengendalian Proses Pembuatan Sosis
Fermentasi
Tahapan Proses
|
Sosis Semi Kering
|
Sosis Kering
|
Persiapan
|
Suhu daging <7°C; pH <5.8; tidak ada
kontaminasi silang
|
|
Chilling/Freezing
|
Suhu daging <2°C
|
|
Pemberian Bumbu dan Pencampuran
|
100-125 mg NaNO2/kg; Pediococcus
acidilactici; Gula 0,5-0,8%; Aw 0,95
|
50-70 mg NaNO2/kg; Lactobacillus
atau Pediococcus atau campuran Micrococcus dan Lactobacillus;
Gula 0,3-0,5%; Aw 0,95
|
Fermentasi
|
20-25°C; 2-3 hari; pH<5.3
|
18-22°C; 3 hari; pH <5.3
|
Aging/Drying
|
<15°C; RH 70-80%; Aw 0.93
|
10-15°C; RH 70-80%; Aw <0.90
|
Penyimpanan
|
<15°C
|
<25°C
|
Karakteristik Sosis Fermentasi
Sosis fermentasi yang telah jadi akan memiliki
karakteristik pH yang asam, yaitu 4,8-5,3. Pada sosis kering (dry sausage) akan
terjadi penurunan berat sebesar 60-70% dari berat awal setelah dilakukan proses
fermentasi, sehingga kadar air akhir dari sosis kering yaitu 25-45% dengan
ratio perbandingan antara air dan protein sebesar 2,3 : 1. Sedangkan pada sosis
semi kering (semi dry sausage), kadar air pada akhir prosesnya yaitu
55-60% dengan ratio perbandingan antara air dan protein sebesar 3,7 : 1.
Pertumbuhan kapang, khamir atau bakteri pada permukaan
sosis dapat menyebabkan kondisi permukaan berjamur atau berlendir. Hal ini dapat
terjadi ketika sosis diperlakukan buruk dan dikeringkan. Kelembaban menjadi
meningkat sehingga suhu penyimpanan berubah, terutama dari suhu rendah ke suhu
yang lebih tinggi. Permukaan yang berlendir dan berjamur ini adalah akumulasi
besar sel mikroba yang dapat menyebabkan perubahan karakteristik pada produk
akhir.
Manfaat Sosis Fermentasi
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari
pengkonsumsian sosis fermentasi, yaitu:
- Mempunyai nilai gizi yang lebih tinggi dari nilai gizi bahan asalnya (mikroorganisme bersifat katabolik, memecah senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana sehingga mudah dicerna dan mensintesis vitamin kompleks dan faktor-faktor pertumbuhan badan lainnya, sebagai contoh vitamin B12, riboflavin, provitamin A)
- Meningkatkan kesehatan dengan cara meningkatkan jumlah bakteri baik dalam saluran pencernaan sehingga dapat menghindarkan dari berbagai macam penyakit terutama penyakit yang berhubungan dengan saluran pencernaan
Memiliki daya cerna yang tinggi sehingga mudah diserap
dan dicerna oleh tubuh
https://lordbroken.wordpress.com/2012/07/24/pembuatan-sosis-metode-fermentasi/
0 komentar:
Posting Komentar