Proses Kimia Pembakaran Batubara
Batubara adalah bahan
bakar utama pembangkit listrik tenaga uap yang terkandung energi secara kimia
melalui ikatan-ikatan kimia antara karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, dan
sulfur. Batubara tidak memiliki struktur kimia yang baku karena merupakan
campuran dari beberapa ikatan hidrokarbon yang kompleks, dan apabila ikatan
tersebut terputus melalui proses pembakaran maka akan menghasilkan energi
panas.
Nilai kalor batubara
yang merupakan indikator dari kualitas batubara dibagi menjadi dua jenis, yaitu
High Heating Value (HHV) dan Low Heating Value (LHV). High Heating
Value (HHV) atau nilai kalori atas didapat dengan cara membakar batubara
sebanyak satu kilogram dan mengukur kalori yang didapat dengan menggunakan
kalorimeter pada suhu 15 áµ’C sehingga uap air yang dihasilkan dari pembakaran
ini mengembun dan melepaskan kalori pengembunannya. Sedangkan Low Heating
Value (LHV) atau nilai kalori rendah didapat dengan cara mengurangi nilai
kalori atas dengan kalori pengembunan air yang dikandungnya.
Tabel 1. Klasifikasi
serta data batubara.
Proses pembakaran
batubara yang umumnya terjadi di dalam boiler pada pembangkit listrik tenaga
uap, dan merupakan reaksi kimia yang dilakukan dengan menambah oksigen O2
dari udara pembakaran dengan reaksi kimia sebagai berikut.
Proses pembakaran
batubara yang umumnya terjadi di dalam boiler pada pembangkit listrik tenaga
uap, dan merupakan reaksi kimia yang dilakukan dengan menambah oksigen O2
dari udara pembakaran dengan reaksi kimia sebagai berikut.
C + O2 –>
CO2 + energi panas
Karena di dalam
batubara terdapat ikatan-ikatan kimia antara karbon, hidrogen, oksigen,
nitrogen, dan sulfur maka pada proses pembakaran batubara juga akan timbul
reaksi kimia antara ikatan-ikatan kimia tersebut dengan oksigen yang terdapat
di udara yang ditunjukkan pada reaksi kimia beikut.
2H2 + O2
–> 2H2O
N2 + O2
–> NOX
Kemudian dengan udara H2O
yang terdapat di udara, maka reaksi kimia di atas dapat bereaksi menjadi
bermacam-macam asam nitrat HNOX, dengan rantai kimia sebegai
berikut.
S + O2
–> SO2
Selanjutnya SO2 bersamaan
dengan H2O dan O2 yang berada di dalam boiler bereaksi
dan membentuk rantai kimia sebagai berikut.
2SO2 + 2H2O
+ O2 –> 2H2SO4
Timbulnya asam nitrat
HNOX dan asam sulfat sebagai hasil pembakaran unsur Nitrogen (N) dan
Sulfur (S) yang terbawa oleh batubara dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan
dan jumlahnya harus dibatasi. Unsur-unsur tersebut di atas dapat terbakar dan
bereaksi dengan O2 sehingga menghasilkan energi panas, kecuali
beberapa unsur seperti air dan abu. Kandungan air yang berada batubara lignite
secara umum lebih dari 60%, sedangkan pada batu bara antrachite kandungan
airnya lebih rendah sebanyak 2-5%, sedangkan kandungan abu batubara bervariasi
antara 0,8-20,8%.
Apabila batubara lignite
dengan nilai kalori yang relatif rendah dan kandungan air serta abu yang
relatif tinggi digunakan sebagai bahan bakar untuk pembangkitan listrik tenaga
uap, maka secara umum akan lebih ekonomis apabila unit pembangkitan listrik
dibangun dekat dengan tambang batubara atau biasa disebut sebagai PLTU Mulut
Tambang. Hal disebabkan karena mengangkut energi dalam bentuk batubara yang
banyak mengandung air dan abu serta nilai kalori yang rendah menuju ke unit
pembangkitan listrik yang jaraknya jauh, akan lebih mahal dibandingkan dengan
pembangkitan listrik yang berada di dekat tambang tertentu.
Selain hal tersebut di
atas, penggunaan batubara dengan nilai kalori yang relatif rendah memerlukan
boiler yang lebih besar dibandingkan dengan penggunaan batubara dengan nilai
kalor yang relatif tinggi karena jumlah kilogram batubara yang harus dibakar
persatuan waktu menjadi lebih banyak untuk mencapai daya pembangkitan yangg
sama.
Penyediaan batubara
untuk pembangkitan listrik tenaga uap juga harus memperhatikan ada tidaknya
unsur yang dapat merusak boiler, seperti halnya silika yang dapat menyebabkan
korosi suhu tinggi. Disamping itu, kandungan unsur Sulfur (S) juga dapat
menimbulkan asam sulfat 2H2SO4 seperti pada reaksi di atas. Pada
unit pembangkitan listrik yang suhunya relatif dingin (dibawah 180oC)
yaitu pada sistem pemanasan udara (air preheater) asam sulfat dapat mengembun
dan menimbulkan korosi suhu rendah.
Sumber
: http://berbagienergi.com/2015/09/16/proses-kimia-pembakaran-batubara/
0 komentar:
Posting Komentar