Artikel kali ini saya akan membahas tentang
proses pembuatan garam, karena berhubungan dengan mata pencaharian di daerah
saya yaitu Desa Rawaurip Kec.Pangenan Kab.Cirebon petani garam. Garam merupakan
komoditas yang penting dalam kehidupan sehari-hari, bayangkan saja jika tidak
ada garam mungkin kita tidak mengenal rasa atau hambar seperti pepatah
mengatakan “hidup ini akan terasa hambar seperti sayur tanpa garam”. Garam juga
tidak hanya untuk bahan konsumsi tapi dikatogikan juga dalam bahan industri,
sepeti penyamakan kulit, pengeboran minyak lepas pantai dll. Proses pembuatan
garam secara
tradisional bisa dibilang ada dua macam yaitu dengan metode penguapan dengan
sinar matahari ditambak-tambak garam, proses ini yang sering digunakan di
daerah saya dan ada juga dengan cara teknik perebusan (garam rebus).
Petani
garam membuat gara dengan cara metode petakan-petakan bagi yang punya petakan,
dan biasanya hampir semua masyarakat di daerah saya mempunyai petakan garam
untuk melancarkan ekonominya. Untuk mendapatka hasil garam yang baik dengan
kristal yang besar, petani garam biasanya secara langsung menguapkan air laut
yang dialirkan pada petakan-petakan dengan bantuan kincir angin. Proses
pembuatan dengan penguapan sinar matahari disebut dengan kristalisasi yaitu cara memisahkan campuran/zat terlarut dari
pelarutannya menggunakan pemanasan atau penyerapan kalor berdasarkan titik
didihnya. Air mrmiliki titik didih lebih rendah dari pada garam, seehingga
ketika air laut terkena panas matahari, air akan menguap meningalkan partikel-partikel
garam kemudian membentuk kristal-kristal garam. Kristal inilah yang selanjutnya
dikumulkan oleh petani garam untuk kemudian dicuci sampai bersih dan dijemur
lagi sampai mengahsilkan garam yang layak dikonsumsi. Ada juga setelah proses
ini garam selanjut nya dibawa ke panrik untuk dihaluskan dan dicetak seperti
garam-garam yang sudah tersedia di warung atau toko disekitar kita. Lahan pembuatan garam dibentuk dengan
bertingkat sehingga dengan gaya gravitasi air maka air akan mengalir ke hilir
kapan saja. Dua peningkatan mutu garam, yaitu mengendapkan Ca dan Mg dengan
menggunakan Natrium Karbonat Natrium Oksalat yang dikombinasikan dengan cara
pengendapan bertingkat. Dalam proses pengendapan, penggilingan atau
penggeledekkan lahan sangat mutlak diperlukan untuk mengurangi kebocaran baik
akibatgangguan binatang ataupun retakan permukaan kolam. Kalsium dan Magnesium
sebagai unsur yang cukup banyak dikandung dalam air laut selain NaCl, perlu
diendapkan agar kadar NaCl yang diperoleh meningkat. Kalsium dan Magnesium
dapat terendapkan dalam bentuk garam sulfat, karbonat dan oksalat. Garam
sendiri merupakan senyawa ionik yang tresusun dari kation dan anion. Misal saja
garam dapur (NaCl). Rumus Kimia garam dapurnya NaCl yang trediri kation Na+
dan anion Cl-
Faktor yang
mempengaruhi produksi garam antara lain :
a.
Air Laut
Mutu air laut (terutama dari segi kadar garamnya
(termasuk kontaminasi dengan air sungai), sangat mempengaruhi waktu yang
diperlukan untuk pemekatan (penguapan).
b.
Keadaan Cuaca
·
Panjang kemarau berpengaruh langsung kepada
“kesempatan” yang diberikan kepada kita untuk membuat garam dengan pertolongan
sinar matahari.
·
Curah hujan (intensitas) dan pola hujan distribusinya
dalam setahun rata-rata merupakan indikator yang berkaitan erat dengan panjang
kemarau yang kesemuanya mempengaruhi daya penguapan air laut.
·
Kecepatan angin, kelembaban udara dan suhu udara
sangat mempengaruhi kecepatan penguapan air, dimana makin besar penguapan maka
makin besar jumlah kristal garam yang mengendap.
Biasanya jika kemarau panjang seliain menguntungkan buat petani garam yang
bisa membuat garam sebanyak mungkin tapi daya jualnya juga rendah, bedanya jika
kemarau pendek akan membuat daya jual garam mahal karena persediaan garam juga
sedikit.
c.
Tanah
Sifat porositas tanah mempengaruhi
kecepatan perembesan (kebocoran) air laut kedalam tanah yang di peminihan
ataupun di meja. Bila kecepatan perembesan ini lebih besar daripada kecepatan
penguapannya, apalagi bila terjadi hujan selama pembuatan garam, maka tidak
akan dihasilkan garam. Jenis tanah mempengaruhi pula warna dan ketidakmurnian
(impurity) yang terbawa oleh garam yang dihasilkan.
d.
Pengaruh Air
Pada
kristalisasi garam konsentrasi air garam harus antara 25–29°Be. Bila
konsentrasi air tua belum mencapai 25°Be maka gips (Kalsium Sulfat) akan banyak
mengendap, bila konsentrasi air tua lebih dari 29°Be Magnesium akan banyak
mengendap.
Secara umum
alur proses pembuatan garam secara tradisional dapat dilihat pada gambar
berikut :
SALURAN AIR MUDA (CAREN)
Saluran air muda/caren berfungsi mengangkut air laut
dari laut menuju lahan garam. Pengaliran air laut bisa menggunakan bantuan
mesin pompa atau mengandalkan pasang air laut. Kepekatan air laut di Pantai
Utara Jawa berkisar 2 derajat BE, selama proses pengaliran air laut di caren
kepekatan air laut akan mengalami peningkatan dari 2 derajat Be menjadi 4
derajat Be.
KOLAM PENAMPUNG AIR MUDA
Air laut dari saluran primer (caren) kemudian
dialirkan ke kolam penampung air muda. Luas kolam penampung air muda ini
sekitar 25% dari total luas lahan garam. Air muda yang tersimpan di kolam
penampung diendapkan selama 7 – 10 hari dengan ketinggian air ± 1 meter. Selama
proses ini kepekatan air akan meningkat dari 4 derajat Be menjadi 7 derajat Be
(panas normal). Selain sebagai kolam penampung, kolam ini juga berfungsi untuk
mengendapkan kotoran yang terbawa oleh air laut , kemudian air dari kolam
penampung dialirkan ke kolam peminihan I.
KOLAM PEMINIHAN I
Didalam kolam peminihan I air diendapkan selama
2 – 4 hari dengan kedalaman air ±40 cm. Selama proses penuaan air di
kolam peminihan I air mengalami penguapan sehingga terjadi peningkatan
kepekatan dari 7 derajat Be menjadi 10 derajat Be. Luas kolam peminihan I
sekitar 10 % dari luas lahan garam.
KOLAM PEMINIHAN II
Didalam kolam peminihan II air diendapkan selama
2 – 4 hari dengan kedalaman air ±30 cm. Selama proses penuaan air di
kolam peminihan II air mengalami penguapan sehingga terjadi peningkatan
kepekatan dari 10 derajat Be menjadi 12 - 14 derajat Be. Luas kolam peminihan
II sekitar 10 % dari luas lahan garam.
KOLAM PEMINIHAN III
Didalam kolam peminihan III air diendapkan selama
2 – 4 hari dengan kedalaman air ±20 cm. Selama proses penuaan air di
kolam peminihan III air mengalami penguapan sehingga terjadi peningkatan
kepekatan dari 12 - 14 derajat Be menjadi 16 - 18 derajat Be. Luas kolam
peminihan III sekitar 10 % dari luas lahan garam.
KOLAM PEMINIHAN IV
Didalam kolam peminihan IV air diendapkan selama
2 – 4 hari dengan kedalaman air ±10 cm. Luas kolam peminihan IV sekitar
10 % dari luas lahan garam. Selama proses penuaan air di kolam peminihan IV air
mengalami penguapan sehingga terjadi peningkatan kepekatan dari 16 - 18 derajat
Be menjadi 20 derajat Be yang disebut air tua. Setelah kepekatan dianggap
mencukupi menjadi air tua (20 derajat Be)maka air tua tersebut dilepas ke
meja Kristal.
MEJA KRISTAL
Air tua selanjutnya dialirkan ke meja kristal. Luas
meja kristal yakni sekitar 35 % dari luas lahan tambak. Didalam meja Kristal
air tua diendapkan selama 5 - 10 hari dengan kedalaman air ±5 cm. seiring
dengan lamanya waktu air tua akan mengkristal menjadi Kristal garam.
PANEN
Garam yang terbentuk di meja kristalisasi selama 5
hari selanjutnya dipanen dengan cara dikerik menggunakan alat pengerik yang
terbuat dari kayu. Garam hasil panen kemudian dimasukkan kedalam karung dan
selanjutnya diangkut ke gudang penyimpanan.
Cirebon,
18 Maret 2016
Winda
Yuliana
1415105141
Sumber rujukan
Aan, J. (2013, oktober 25). Produksi
garam di Lahan Tradisional. Retrieved maret 2016, 17, from AanBlog.com:
http://lalaukan.blogspot.co.id/2013/10/garam-merupakan-salah-satu-pelengkap.html
Nuryanti, S. (2014, Desember 15). Proses
Pembuatan Garam. Retrieved Maret 17, 2016, from
http://safiiperikananpati.blogspot.com/2013/02/faktor-yang-mempengaruhi-produksi-garam.html,
0 komentar:
Posting Komentar