Minyak
atsiri dari jeruk purut dapat
diperoleh dengan melakukan penyulingan. Namun sebelum menjelaskan tentang
proses penyulingan tersebut, ada baiknya jika meninjau lebih jauh tentang
tanaman jeruk purut ini.
Jeruk
purut adalah salah satu anggota suku jeruk-jerukan, Rutacea, dari jenis Citrus.
Nama latinnya adalah Citrus hystrix. Buahnya tidak umum dimakan, karena
tak enak rasanya. Banyak mengandung asam dan berbau wangi agak keras.
Tinggi pohonnya antara 2-12 meter. Batangnya agak kecil, bengkok atau bersudut
dan bercabang rendah. Batang yang telah tua berbentuk bulat, berwarna hijau
tua, polos atau berbintik-bintik. Daun jeruk purut berwarna hijau kekuningan
dan berbau sedap. Bentuknya bulat dengan ujung tumpul dan bertangkai. Tangkai
daun bersayap lebar, sehingga hampir menyerupai daun. Daun ini banyak dipakai
untuk bumbu masakan. Buah jeruk purut lebih kecil dari kepalan tangan,
bentuknya seperti buah pir, tetapi banyak tonjolan dan berbintil. Kulit buahnya
tebal dan berwarna hijau. Buah yang matang benar berwarna sedikit kuning. Warna
daging buahnya hijau kekuningan, rasanya sangat masam dan agak pahit.
Proses Penyulingan dan Ekstraksi Minyak Atsiri
Jika
daun jeruk purut itu disuling, dihasilkan minyak atsiri yang dari tidak
berwarna (bening) sampai kehijauan (tergantung cara ekstraksi), minyak atsiri
berbau harum mirip bau daun (jeruk purut). Minyak atsiri
hasil destilasi (penyulingan) menggunakan uap mengandung 57 jenis komponen
kimia. Yang utama dan terpenting adalah sitronelal dengan jumlah 81, 49%,
sitronelol 8,22%, linalol 3,69% dan geraniol 0,31%. Komponen lainnya ada dalam
jumlah yang sedikit.
Ekstrasi
yang dilakukan menggunakan pelarut meliputi persiapan bahan, mencampur,
mengaduk dan memanaskan bahan dan pelarut serta memisahkan pelarut dari minyak atsiri.
Metode ekstraksi yang digunakan antara lain destilasi uap, destilasi dengan
cara Likens-Nickerson, maserasi dan perkolasi.
Pelarut
yang banyak digunakan untuk mengekstraksi minyak atsiri adalah etanol, heksana,
etilen diklorida, aseton, isopropanol dan metanol. Penyulingan atau destilasi
uap dilakukan dengan cara menimbang daun jeruk purut sesuai dengan kapasitas
tangki penyulingan, kemudian dirajang (dipotong kecil-kecil). Proses penyulingan
minyak atsiri dilakukan selama 6 jam. Minyak atsiri yang diperoleh dipisahkan
dari air dengan menggunakan labu pemisah minyak. Destilasi menggunakan alat
yang sama dengan destilasi uap, hanya rajangan daun jeruk purut langsung
dicampur dengan air dan dididihkan. Dalam destilasi uap, rajangan dipisahkan
dari air mendidih oleh suatu kawat kasa, hingga hanya terkena uapnya. Proses
penyulingan dan pemisahan minyak atsirinya juga sama.
Cara
Likens-Nickerson (alatnya disebut ekstraktor Lickens-Nickerso) merupakan
ekstraksi minyak atsiri dalam skala laboratorium. Rajangan daun jeruk
purut dicampur dengan air suling, lalu diletakkan dalam labu erlenmeyer 1
liter. Pelarut ditempatkan dalam labu didih 50 ml (labu ini berhubungan dengan
labu erlenmeyer melalui pipa gas dan kondensor). Kedua labu dipanaskan sampai
mendidih hingga minyak atsiri tersuling secara simultan selama 3 jam.
Pemisahan minyak atsiri dari pelarutnya dilakukan dengan penguapan pada tekanan
rendah. Pada cara maserasi, daun jeruk purut yang telah dihancurkan direndam
dalam tangki tertutup dan didiamkan beberapa hari. Selama itu dilakukan
pengadukan beberapa kali supaya larutan minyak atsiri merata. Selanjutnya
dilakukan penyaringan dan pengepresan, hingga diperoleh cairan pelarut.
Penjernihan dilakukan dengan pengendapan atau penyaringan. Sedangkan perkolasi
adalah melarutkan minyak atsiri dari hancuran daun jeruk purut dengan pelarut
yang mengalir. Seperti halnya maserasi, daun dihancurkan lebih dulu supaya
ekstraksi berlangsung lebih cepat. Hancuran jeruk purut itu kemudian dialiri
dengan pelarut pada sebuah perkolator. Setelah proses dianggap selesai, cairan
yang diperoleh dipisahkan minyak atsirinya dengan cara penyulingan.
0 komentar:
Posting Komentar