Sabtu, 05 Maret 2016

Stirena pada Styrofoam


Styrofoam sangat sering kita jumpai di sekitar kita. Benda satu ini sangat digemari oleh penjual makanan berkuah untuk dijadikan wadah atau tempat. Bentuknya yang sangat ringan, tahan air, tidak mudah bocor, dan tentu karena harganya yang lebih murah. Bentuknya yang bervariasi memudahkan penjual makanan bebas memilih sesuai kebutuhan sebagai wadah makanannya.
Styroform berasal dari kata “styrene” yaitu zat kimia bahan dasar, dan “foam” yaitu busa atau buih. Dibuat melalui proses polimerisasi adisi dengan cara suspense. Stirena dapat diperoleh dari sumber alam yaitu petroleum. Stirena merupakan cairan yang tidak berwarna menyerupai minyak dengan bau seperti benzene. Stirena merupakan suatu senyawa organik dengan rumus molekul C6H5CH=CH2. Gugus vinil yang terdapat pada stirena dapat mengalami reaksi adisi kontinu membentuk suatu polimer polistiren (Julius, 2010).
Istilah Styrofoam yang seringkali digunakan secara tidak tepat oleh publik. Styrofoam merupakan nama dagang yang telah dipatenkan oleh perusahaan Dow Chemical. Styrofoam sebenarnya digunakan sebagai insulator pada bahan konstruksi bangunan. Styrofoam sangat ringan, karena kandungan di dalamnya 90-95% polistirena dan 5-10% gas (unja, 2011).
Kelebihan
Polistirena banyak dipakai dalam produk-produk elektronik sebagai casing, cabinet dan komponen-komponen lainnya. Peralatan rumah tangga yang terbuat dari polistirena adalah sapu, sisir, baskom, gantungan baju, ember, dan lain-lain (unja, 2011).
Kekurangan
Sifat styrene tahan terhadap asam, basa dan zat pengarat atau korosif lainnya. Tetapi mudah larut dalam panas, lemak, alkohol atau aseton, vitamin A (toluene), dan susu. Makanan atau minuman yang menggunakan Styrofoam dapat melarutkan styrene. Hal ini akan mengakibatkan makanan atau minuman akan terkontaminasi styrene dan dapat masuk ke tubuh kita. Styrene merupakan zat kimia yang bersifat neurotexic (menyerang saraf). Styrene dalam tubuh dapat mengakibatkan kerusakan pada saraf termasuk pada otak manusia (Julius, 2010).
Uap panas pada makanan akan memicu reaksi benzene dalam Styrofoam. Jika sudah bereaksi maka akan ikut masuk bersamaan dengan makanan ke dalam tubuh kita. Hal ini akan menimbulkan kerusakan pada sum-sum tulang belakang, menimbulkan anemia dan bahkan mengurangi produksi sel darah merah. Carsinogen juga merupakan zat yang mudah larut dalam Styrofoam yang berbahaya yang dapat menimbulkan kanker (unja, 2011).
Pencegahan
Styrofoam merupakan bahan yang praktis namun berbahaya. Untuk mencegahnya, sebaiknya ketika kita membeli makanan hendaknya kita membawa sendiri wadahnya. Jika terlanjur menggunakan Styrofoam, maka segera memindahkan makanan ke dalam wadah yang lebih baik seperti piring atau mangkuk kaca. Kemudian, kumpulkan bahan Styrofoam agar dapat didaur ulang kembali. Hal ini untuk mencegah penumpukan sampah Styrofoam yang susah diurai (unja, 2011).

Sumber :
Julius. (2010, Februari 23). Polistirena. Retrieved Maret 5, 2016, from Julius's Blog: http://juliusthh07.blogspot.co.id/2010/02/polistirena.html?m=1

unja, C. o. (2011, Nopember). Polistirena (Styrofoam). Retrieved Maret 5, 2016, from Kimia Kita: http://kimia-master.blogspot.com/2011/11/polistirena-styrofoam.html

0 komentar:

Posting Komentar