Kamis, 17 Maret 2016

PROSES PEMBUATAN GARAM TRADISIONAL DI RAWAURIP




Artikel kali ini saya akan membahas tentang proses pembuatan garam, karena berhubungan dengan mata pencaharian di daerah saya yaitu Desa Rawaurip Kec.Pangenan Kab.Cirebon petani garam. Garam merupakan komoditas yang penting dalam kehidupan sehari-hari, bayangkan saja jika tidak ada garam mungkin kita tidak mengenal rasa atau hambar seperti pepatah mengatakan “hidup ini akan terasa hambar seperti sayur tanpa garam”. Garam juga tidak hanya untuk bahan konsumsi tapi dikatogikan juga dalam bahan industri, sepeti penyamakan kulit, pengeboran minyak lepas pantai dll. Proses pembuatan garam secara tradisional bisa dibilang ada dua macam yaitu dengan metode penguapan dengan sinar matahari ditambak-tambak garam, proses ini yang sering digunakan di daerah saya dan ada juga dengan cara teknik perebusan (garam rebus).
            Petani garam membuat gara dengan cara metode petakan-petakan bagi yang punya petakan, dan biasanya hampir semua masyarakat di daerah saya mempunyai petakan garam untuk melancarkan ekonominya. Untuk mendapatka hasil garam yang baik dengan kristal yang besar, petani garam biasanya secara langsung menguapkan air laut yang dialirkan pada petakan-petakan dengan bantuan kincir angin. Proses pembuatan dengan penguapan sinar matahari disebut dengan kristalisasi yaitu cara memisahkan campuran/zat terlarut dari pelarutannya menggunakan pemanasan atau penyerapan kalor berdasarkan titik didihnya. Air mrmiliki titik didih lebih rendah dari pada garam, seehingga ketika air laut terkena panas matahari, air akan menguap meningalkan partikel-partikel garam kemudian membentuk kristal-kristal garam. Kristal inilah yang selanjutnya dikumulkan oleh petani garam untuk kemudian dicuci sampai bersih dan dijemur lagi sampai mengahsilkan garam yang layak dikonsumsi. Ada juga setelah proses ini garam selanjut nya dibawa ke panrik untuk dihaluskan dan dicetak seperti garam-garam yang sudah tersedia di warung atau toko disekitar kita.         Lahan pembuatan garam dibentuk dengan bertingkat sehingga dengan gaya gravitasi air maka air akan mengalir ke hilir kapan saja. Dua peningkatan mutu garam, yaitu mengendapkan Ca dan Mg dengan menggunakan Natrium Karbonat Natrium Oksalat yang dikombinasikan dengan cara pengendapan bertingkat. Dalam proses pengendapan, penggilingan atau penggeledekkan lahan sangat mutlak diperlukan untuk mengurangi kebocaran baik akibatgangguan binatang ataupun retakan permukaan kolam. Kalsium dan Magnesium sebagai unsur yang cukup banyak dikandung dalam air laut selain NaCl, perlu diendapkan agar kadar NaCl yang diperoleh meningkat. Kalsium dan Magnesium dapat terendapkan dalam bentuk garam sulfat, karbonat dan oksalat. Garam sendiri merupakan senyawa ionik yang tresusun dari kation dan anion. Misal saja garam dapur (NaCl). Rumus Kimia garam dapurnya NaCl yang trediri kation Na+ dan anion Cl-
Faktor yang mempengaruhi produksi garam antara lain :
a.      Air Laut
Mutu air laut (terutama dari segi kadar garamnya (termasuk kontaminasi dengan air sungai), sangat mempengaruhi waktu yang diperlukan untuk pemekatan (penguapan).
b.      Keadaan Cuaca
·         Panjang kemarau berpengaruh langsung kepada “kesempatan” yang diberikan kepada kita untuk membuat garam dengan pertolongan sinar matahari.
·         Curah hujan (intensitas) dan pola hujan distribusinya dalam setahun rata-rata merupakan indikator yang berkaitan erat dengan panjang kemarau yang kesemuanya mempengaruhi daya penguapan air laut.
·         Kecepatan angin, kelembaban udara dan suhu udara sangat mempengaruhi kecepatan penguapan air, dimana makin besar penguapan maka makin besar jumlah kristal garam yang mengendap.
Biasanya jika kemarau panjang seliain menguntungkan buat petani garam yang bisa membuat garam sebanyak mungkin tapi daya jualnya juga rendah, bedanya jika kemarau pendek akan membuat daya jual garam mahal karena persediaan garam juga sedikit.
c.       Tanah
 Sifat porositas tanah mempengaruhi kecepatan perembesan (kebocoran) air laut kedalam tanah yang di peminihan ataupun di meja. Bila kecepatan perembesan ini lebih besar daripada kecepatan penguapannya, apalagi bila terjadi hujan selama pembuatan garam, maka tidak akan dihasilkan garam. Jenis tanah mempengaruhi pula warna dan ketidakmurnian (impurity) yang terbawa oleh garam yang dihasilkan.
d.      Pengaruh Air  
Pada kristalisasi garam konsentrasi air garam harus antara 25–29°Be. Bila konsentrasi air tua belum mencapai 25°Be maka gips (Kalsium Sulfat) akan banyak mengendap, bila konsentrasi air tua lebih dari 29°Be Magnesium akan banyak mengendap.
Secara umum alur proses pembuatan garam secara tradisional dapat dilihat pada gambar berikut :



SALURAN AIR MUDA (CAREN)
Saluran air muda/caren berfungsi mengangkut air laut dari laut menuju lahan garam. Pengaliran air laut bisa menggunakan bantuan mesin pompa atau mengandalkan pasang air laut. Kepekatan air laut di Pantai Utara Jawa berkisar 2 derajat BE, selama proses pengaliran air laut di caren kepekatan air laut akan mengalami peningkatan dari 2 derajat Be menjadi 4 derajat Be.



KOLAM PENAMPUNG AIR MUDA 
Air laut dari saluran primer (caren) kemudian dialirkan ke kolam penampung air muda. Luas kolam penampung air muda ini sekitar 25% dari total luas lahan garam. Air muda yang tersimpan di kolam penampung diendapkan selama 7 – 10 hari dengan ketinggian air ± 1 meter. Selama proses ini kepekatan air akan meningkat dari 4 derajat Be menjadi 7 derajat Be (panas normal). Selain sebagai kolam penampung, kolam ini juga berfungsi untuk mengendapkan kotoran yang terbawa oleh air laut , kemudian air dari kolam penampung dialirkan ke kolam peminihan I.


KOLAM PEMINIHAN I
Didalam kolam peminihan I air diendapkan selama  2 – 4 hari dengan kedalaman air ±40 cm. Selama proses penuaan air di kolam peminihan I air mengalami penguapan sehingga terjadi peningkatan kepekatan dari 7 derajat Be menjadi 10 derajat Be. Luas kolam peminihan I sekitar 10 % dari luas lahan garam.



KOLAM PEMINIHAN II
Didalam kolam peminihan II air diendapkan selama  2 – 4 hari dengan kedalaman air ±30 cm. Selama proses penuaan air di kolam peminihan II air mengalami penguapan sehingga terjadi peningkatan kepekatan dari 10 derajat Be menjadi 12 - 14 derajat Be. Luas kolam peminihan II sekitar 10 % dari luas lahan garam.

KOLAM PEMINIHAN III
Didalam kolam peminihan III air diendapkan selama  2 – 4 hari dengan kedalaman air ±20 cm. Selama proses penuaan air di kolam peminihan III air mengalami penguapan sehingga terjadi peningkatan kepekatan dari 12 - 14 derajat Be menjadi 16 - 18 derajat Be. Luas kolam peminihan III sekitar 10 % dari luas lahan garam.

KOLAM PEMINIHAN IV
Didalam kolam peminihan IV air diendapkan selama  2 – 4 hari dengan kedalaman air ±10 cm. Luas kolam peminihan IV sekitar 10 % dari luas lahan garam. Selama proses penuaan air di kolam peminihan IV air mengalami penguapan sehingga terjadi peningkatan kepekatan dari 16 - 18 derajat Be menjadi 20 derajat Be yang disebut air tua. Setelah kepekatan dianggap mencukupi  menjadi air tua (20 derajat Be)maka air tua tersebut dilepas ke meja Kristal.


MEJA KRISTAL
Air tua selanjutnya dialirkan ke meja kristal. Luas meja kristal yakni sekitar 35 % dari luas lahan tambak. Didalam meja Kristal air tua diendapkan selama  5 - 10 hari dengan kedalaman air ±5 cm. seiring dengan lamanya waktu air tua akan mengkristal menjadi Kristal garam.



PANEN
Garam yang terbentuk di meja kristalisasi selama 5 hari selanjutnya dipanen dengan cara dikerik menggunakan alat pengerik yang terbuat dari kayu. Garam hasil panen kemudian dimasukkan kedalam karung dan selanjutnya diangkut ke gudang penyimpanan.

Cirebon, 18 Maret 2016
Winda Yuliana
1415105141

Sumber rujukan

Aan, J. (2013, oktober 25). Produksi garam di Lahan Tradisional. Retrieved maret 2016, 17, from AanBlog.com: http://lalaukan.blogspot.co.id/2013/10/garam-merupakan-salah-satu-pelengkap.html
Nuryanti, S. (2014, Desember 15). Proses Pembuatan Garam. Retrieved Maret 17, 2016, from http://safiiperikananpati.blogspot.com/2013/02/faktor-yang-mempengaruhi-produksi-garam.html,


0 komentar:

Posting Komentar