Kemajuan jaman mempengaruhi
kemajuan gaya hidup manusia. Kemajuan jaman yang semakin kesini semakin maju dan
canggih, sehingga menimbulkan gaya hidup yang lebih modern. Segala sesuatu dijaman
yang serba canggih ini tentu lebih mudah
dan lebih cepat cara pengerjaannya. Kemajuan untuk alat-alat rumah tangga sangat
beragam macamnya misalkan dulu memasak nasi dengan menggunakan gas dianggap
paling modern, tetapi sekarang ada yang namanya penanak nasi, yah dalam bahasa kerennya
rice cooker, beras yang di cuci lalu ditambahkan air dimasukkan kedalam wadah rice
cooker tinggal tekan tombol cook artinya masak, tunggu beberapa saat langsung matang.
Disini saya akan mencoba
membahas tentang hal yang berkaitan dengan pakaian. Merdengar kata pakaian pasti
identik dengan pakaian kotor dan pakaian bersih. Nah pakaian bersih tidak jadi masalah
tapi yang jadi masalah itu pakaian kotor. Apalagi mencuci merupakan pekerjaan
yang kebanyakan tidak disukai oleh ibu rumahtangga. Nah hingga muncullah terobosan
baru yaitu suatu alat yang dapat mencuci sendiri pakaian yang kotor alat ini dinamakan
mesin cuci. Saya pun tidak akan membahas masalah mesin cuci, lebih sederhana dari
itu yaitu masalah suatu yang digunakan untuk membersihkan pakaian, ya masa pakaian
bisa bersih hanya dengan menggunakan air? Ya tentu ada hal yang harus dilakukan
lagi. Benar sekali, ya menggunakan detergen atau sabun colek.
Bukankah benda tersebut
tidak asing dikehidupan kita ?Bahkan dijumpai setiap hari. Keduanya sama-sama digunakan
untuk mencuci pakaian, cuman terdapat sedikit perbedaannya, kalau sabun colek itu
berbentuk krim sedangkan kalau detergen berbentuk butir-butiran, dan ada satu lagi
terobosan baru yaitu berbentuk cair. Tapi sekarang penggunaan detergen lebih banyak
digunakan dari pada sabun colek.
Detergen ternyata berasal
dari pemanfaatan bahan kimia yaitu dari hasil sempling penyulingan minyak bumi,
ditambah dengan bahan kimia lainnya seperti fosfat, silikat, bahan pewarna dan bahan
pewangi. Ternyata detergen sudah mulai diproduksi sekitar tahun 1960an, awal cukup
lama juga. Nah detergen generasi awal muncul
menggunakan bahan kimia pengaktif permukaan (Surfaktan) Alkyl Benzene Sulfonat atau disingkat ABS namun ternyata bahan tersebut
ternyata sulit diuraikan oleh mikroorganisme didalam tanah, maka digantilah dengan
Linier Alkyl Sulfonat atau disingkat
LAS diyakini relative lebih aman untuk lingkungan. Hal tersebut mengakibatkan sebagian
Negara melarang penggunaan ABS dalam bahan detergen. Tetapi di Indonesia masih mengijinkan
penggunaan ABS dalam detergen karena memang ABS itu harganya lebih murah dibandingkan
dengan LAS, selain itu kestabilannya dalam bentuk krim/pasta dan busanya melimpah
itulah yang menjadi alasannya.
Daerah di Indonesia terdiri dari pegunungan, daratan dan
lautan. Air di daerah pegunungan dan bekas rawa-rawa sulit menghasilkan busa,
Karena air tersebut mengandung logam-logam tertentu atau kapur. Disinilah sering
terjadi salah pemikiran, banyak orang yang beranggapan bahwa semakin banyak busa
yang dihasilkan semakin baik untuk pakaian, tetapi ternyata tidak demikian karena
dalam detergen terdapat surfaktan, zat tersebutlah sudah cukup untuk mengangkat
kotoran yang ada dipakaian. Opini yang berkembang bahwa semakin banyak busa maka
menunjukkan daya kerja detergen adalah opini yang salah dan menyesatkan.
Untuk menghasilkan pakaian
yang lebih bersih, maka gunakanlah air hangat untuk merendam pakaian yang
sangat kotor, tetapi ada juga kekurangannya yaitu pakaian yang berwarna akan cepat
pudar warnanya. Jadi gunakanlah untuk pakaian yang berwarna putih saja.
Pemakaian detergen juga sering mengakibatkan tangan terasa panas setelah menggunakan
detergen, juga terkadang membuat gatal-gatal. Hal tersebut harusnya diteliti lagi
apakah benar hal tersebut dikarenakan oleh detergen atau bukan, atau hal yang
lainnya. Ada dua istilah untuk menyebut hal tersebut yaitu Dermatitis
KotakIritasi (DKI) dan Dermatitis Kontak Alergi (DKA) yang membedakan keduanya adalah
kalau DKI biasanya reaksi gatal pada kulit muncul setelah beberapa jam
sedangkan DKA beberapa hari setelah paparan.
Tanpa mengesampingkan dampak
baik dari detergen itu sendiri, tak dapat dipungkiri pastilah detergen menimbulkan
dampak yang buruk bagi lingkungan. Dampak yang paling dirasakan adalah bagi lingkungan
perairan, dikarenakan detergen digunakan hampir oleh setiap rumah tangga oleh karena
itu dampak yang ditimbulkan akan cepat dirasakan. Air sisa detergen yang
dibuang maka pastilah tujuan akhir dari air tersebut adalah ke sumber perairan atau
sungai, hal ini setelah diteliti mengakibatkan menurunnya kualitas air,
mengancam kehidupan biota yang tinggal didalamnya dan hal yang jelas terlihat adalah
meledaknya pertumbuhan ganggang dan eceng gondok. Sebuah penelitian yang pernah
dilakukan juga mengatakan bahwa detergen dapat melarutkan bahan yang bersifat karsinogen.
Sebenarnya dampak
negatif dari penggunaan detergen itu dapat diminimalisir oleh masyarakat, usaha
itu akan berhasil bila adanya tingkat kesadaran yang tinggi dari masyarakat dengan
cara memilah dan memilihp roduk detergen yang lebih ramah lingkungan.
Gunakanlah produk detergen yang mencantumkan bahan-bahan aktif yang ada dalam detergen
tersebut yang dicantumkan pada kemasan, yang lebih penting detergen yang
bersifat ramah lingkungan ditandai dengan logo berwarna hijau atau tulisan ramah
lingkungan. Yang tak kalah penting gunakanlah detergen sesuai dengan petunjuk penggunaan
yang baik dan benar, gunakanlah takaran saat kita akan mencuci agar hasil cucian
lebih bersih dan tidak membuang detergen, berhemat juga kan? Ingat busa yang
banyak tidak menjamin detergen bekerja secara baik, jadi gunakanlah sesuai pesan
penggunaan.
0 komentar:
Posting Komentar