Apa itu sianida?
Sianida atau Natrium Sianida (NaCN), merupakan bahan kimia berbentuk kristal kubus atau serbuk, granule, tidak berwarna hingga putih, berbau seperti almond. Jika kering tidak berbau, tetapi jika menyerap air berbau sianida.
Bahan kimia ini berakibat fatal bila terhirup atau tertelan. sianida menyerang semua jaringan sehingga tidak terjadi pertukaran oksigen atau disebut mengalami hipoksia yakni kekurangan oksigen dalam jaringan.
Dilansir dari Kompas.com, Spesialis Jantung RS Bunda, Dr. Dicky Armein Hanafy mengatakan,"Sianida merupakan racun paling mematikan yang merusak sistem saraf sentral dan sistem saraf otot."
Sianida banyak digunakan sebagai insektisida dan mitisida, atau untuk fumigasi dan digunakan untuk mengekstraksi emas dan perak di pertambangan.
Bahan kimia ini juga mudah untuk terhirup. Ketika dilarutkan atau dibakar, ia melepaskan zat yang sangat beracun, yakni hidrogen gas sianida.
Efek terhadap kesehatan
Dilansir dari situs resmi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Indonesia, paparan sianida dalam jangka pendek dapat menyebabkan iritasi pada hidung dan selaput lendir. Jika konsentrasinya lebih dari 5 mg/m3, kabut sianida alkali dapat menyebabkan luka dan pendarahan pada hidung. Jika terserap dalam jumlah yang cukup, dapat terjadi efek sistemik, sebagaimana halnya pada paparan tertelan jangka pendek.
Terpapar senyawa sianida dalam konsentrasi rendah dengan jangka waktu yang lama, dapat menyebabkan penurunan selera makan, sakit kepala, kelemahan, mual, pusing dan gejala iritasi pada saluran pernafasan bagian atas.
Menelan Sianida dalam dosis yang sangat besar dapat mengakibatkan kehilangan kesadaran secara tiba-tiba, seringkali disertai kejang dan kematian, umumnya dalam jangka waktu 1 – 15 menit.
Konsentrasi yang lebih rendah dapat mengakibatkan korosi pada selaput lendir lambung, bau amandel yang tidak enak pada nafas, rasa terbakar, rasa tercekik pada tenggorokan, erupsi noda bintik pada wajah, pengeluaran air liur, mual dengan atau tanpa disertai muntah, kegelisahan, rasa bingung, pusing, perasaan gamang, rasa lemah, sakit kepala, denyut nadi cepat, palpitasi, kekakuan pada rahang bagian bawah, dan opisthotonos, Laju dan kedalaman pernafasan umumnya meningkat pada awalnya, dan kemudian menjadi lambat dan terengah-engah.
Selain itu, juga dapat menyebabkan pengeluaran urin diluar kemauan serta diare. Pada tahapan kejang-kejang, dapat diikuti dengan kelumpuhan. Bola mata dapat menonjol keluar dan manik mata dapat menjadi tidak reaktif. Kerusakan terhadap saraf optik dan retina, serta kebutaan kemungkinan dapat terjadi. Mulut dapat berbusa, yang terkadang disertai darah, merupakan indikasi terjadinya edema paru.
Jika kematian terjadi, biasanya dalam jangka waktu 4 jam dan dapat disebabkan karena terhentinya fungsi sistem pernafasan atau anoreksia pada jaringan. Gejala lain dapat meliputi nyeri dada, bicara tidak teratur, dan tahapan stimulasi pada susunan saraf pusat yang bersifat sementara yang disertai hypernea dan sakit kepala.
Sedangkan jika menelan senyawa sianida dalam konsentrasi amat rendah dengan jangka waktu yang lama dapat menyebabkan penurunan selera makan, sakit kepala, kelemahan, mual dan pusing.
0 komentar:
Posting Komentar